Selasa, 09 Februari 2016

Flashback #1: I find you, Kaas!!

Kaas merupakan buku karangan Willem Elsschot. Sekitar pertengahan 2014 lalu, aku ingin punya dan membaca buku ini. Aku tertarik karena judul serta desain sampulnya yang simple. Aku juga tertarik karena membaca review-nya secara online (maaf, aku lupa siapa blogger penulisnya). Dan satu hal yang tak boleh ketinggalan: di buku ini ada kejunya. You know that I love cheese.

sumber

Selain memang sudah dinanti-nanti, kemunculan Kaas pun agak menarik. Ada unsur ahh, mungkin kalian akan bilang lebay atau gimana, namun ada campur tangan Tuhan di sini. Baiklah aku akan langsung kilas balik.

Saat itu, di tanggal 10 Januari, sehabis maghrib, aku dan Ez mengunjungi Gramedia. Ez berkeras untuk main ke lantai atas. Biasanya kami cuma hilir mudik di parkiran yang penuh dengan obral buku itu. Lagipula, biasanya Ez yang menemaniku belanja buku. Aku yang sering mengajaknya. Tapi kali ini dia yang mengajakku.

Ketika telah parkir motor, kami berjalan naik ke pelataran parkiran lama Gramed. Ez ke toilet dan memutuskan untuk sholat di mushola yang tersedia. Sembari menunggu Ez selesai sholat, aku melihat-lihat ke arah tumpukan buku di areal parkir tersebut. Di tumpukan pertama, kulihat banyak sekali novel-novel murah. Hanya limaribuan saja, lho. Meski buku-buku ini sudah kena diskon berkali-kali, beberapa judulnya menarik. Misalnya seperti Queen of Babble-nya Meg Cabot. Hiks, sayang aku melewati kesempatan untuk membelinya. Hmm, ya, aku memang berencana untuk diet. Aku lagi dalam masa panceklik. Bagaimanapun liburan kemarin cukup menyita persediaan uang cash-ku. Mau narik lagi di ATM, terasa sayang. #halah

Intinya saat itu, tumpukan obral buku lima ribu itu masih lumayan rapi. Pinggir-pinggirnya juga. Dan tak lama kemudian, Ez pun datang menghampiri. Kami pun memanjat naik ke lantai dasar Gramedia. Lalu ke lantai duanya. Kami mulai berkeliling.

Ez beralasan ingin melihat buku Toefl. Okelah, kutemani dia dan kami sempat diskusi sedikit mengenai buku-buku non-fiksi untuk belajar bahasa Inggris di sini. Selesai di bagian itu, Ez gentian menemaniku berkeliling melihat novel-novel terbaru yang terbit. Aku melihat beberapa judul yang sudah familiar, seperti Ayah karya Andrea Hirata; Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye; ada pula seri City of Bone, dll.

Sehabis dari situ, kami terus berjalan ke bagian ujung, deretan tempat komik berada. Rupanya di situ ada bagian baru, tempat novel-novel yang baru datang: New Arrival. Tadaa…di situlah aku melihatnya. Bukan Kaas, tapi karya Tolkien yang juga sudah kutunggu-tunggu sejak lama. Yap, The Silmarillion. Segera kuambil buku bersampul hitam legam itu. kebetulan sudah ada yang terbuka segelnya satu. Buku ini dilengkapi sebuah peta dan ya, Ez langsung tertarik dengan peta Middle Earth—dunia rekaan Tolkien tersebut. Aku asik menjelajah isi buku. Gila! Indeks atau lampirannya saja mencapai hampir 100 halaman. Tolkien memang jenius. Aku berceloteh panjang lebar mengenai buku ini ke Ez. Entahlah kalau ada yang masuk ke otaknya, hahaha. I just love this book and I want it so much. Dan ya, Alhamdulillah Ez ternyata membelikannya untuk hadiah ultahku. Ya, mungkin dia menyimak ceritaku saat itu. Hahaha, yaiyyy. 

Okelah, puas memastikan buku itu telah sampai di Gramedia Jambi dan puas pula kami berkeliling di lantai atas, kami kembali turun. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku sama sekali tidak berniat membeli. Aku turun ke areal parkir tempat obralan dan berkeliling di situ untuk menghabiskan sedikit waktu. Ada beberapa buku yang menarik. Namun aku harus rela menjadi konyol, menyembunyikan buku tersebut dan berharap tidak ada yang membelinya sebelum aku. Astaga, seolah petugas Gramedia atau pun pembeli lainnya tidak akan menemukan tempat buku itu aku sembunyikan, haha.

Ya, begitulah tingkahku. Buku-buku itu menarik sekali dan harganya murah banget dibandingkan dengan kontennya yang cemerlang. Baiklah sudah tiba waktunya untuk pulang. Dan di saat inilah, tangan-tangan Tuhan bekerja. Jodoh seolah pasti kan bertemu. Di saat inilah aku bertemu dengan Kaas. Duh romantisnya, haha. Ok, ini ngelantur, skip.

Aku melihat ada dua orang (pasutri sepertinya) yang sibuk menggali tumpukan novel. Aku pun tak terlalu memperhatikan dan bersiap berlalu ke tempat kami parkirkan motor. Saat melintasi tumpukan buku yang murah, yang serba lima ribu itu, aku melihatnya. Kuning dan simple, astaga aku tahu cover buku ini, ya, aku tahu sekali. Kalian ingat di awal cerita aku bilang kalau awalnya tumpukan buku murah itu lumayan rapi. Namun ketika kumau pulang, tumpukan itu, di sebelah pinggirnya sudah lowong, seperti ada yang menggalinya. Dan tepat di situ Kaas bertengger. Ekor mataku menangkap buku mungil itu. ya Allah, Engkau mengabulkan satu doaku lagi, effortlessly.

Aku sama sekali tidak mengira jika Kaas begitu mungil dan tipis. Buku yang kulihat itu sudah terbuka segelnya. Aku lantas meminta tolong ke Ez untuk mencari satu yang bersegel. Aku suka buku bersegel soalnya. Aku meminta sambil berceloteh ini itu tentang Kaas. Entah Ez menyimak aatu tidak, tapi dia mulai fokus mencari yang bersegel, haha. Dan hap! Dia menemukannya. Terimakasih, Cintaa.  Horee… :D

Ya, ya, akhirnya niatku berubah. Aku harus membeli buku ini, tak bisa lagi ditunda. Syukurlah, ini buku lima ribu rupiah, haha. Dan karena merasa nanggung, aku pun membeli satu buku lagi. Buku itu berjudul Death on Nile (Pembunuhan di Sungai Nil) karya Agatha Christie. Jadi, kan, pas gitu kalau bayar. Pas jadi 10ribu. Haha, entahlah. Pintar sekali otakku mengelabui aku. Dan kalau buku menggoda, aku jadi lemah.

Ya, mungkin kisah ini terkesan biasa saja. Mungkin aku juga yang tidak pandai menceritakannya. Namun aku sangat merasakannya. Terkadang hidup ini penuh canda, semacam lelucon. Ketika kita tidak berharap dan hanya menyimpannya lama dalam hati, harapan itu tiba-tiba muncul. Aku masih bertanya, mengapa tidak dari awal aku melihat buku itu. Aku sudah sering bolak balik di tempat yang sama. Dan malam itu, aku sudah dua kali dan ketika mau pulang, barulah terlihat. Ya, mungkin segala sesuatu memiliki waktunya sendiri. Entahlah, namun jika Allah memberikan kejutan, rasa manisnya menyesap begitu dalam. Dan kau akan merasa begitu special.

Allah berinteraksi denganku, begitu dekat, dan memang Maha Tahu. Namun seperti hidup yang terus berlanjut, cerita penemuan dan pembelian Kaas ini masih berlanjut. Dan tantangan selanjutnya adalah bagaimana mensyukuri hal tersebut, mensyukuri kejutan itu. aku sudah selesai membaca Kaas. Aku terpukau dengan kisahnya, dan aku telah menuliskan reviewnya. Aku sudah menyebarkan tulisanku tersebut. Aku menjaga serta menyampul Kaas, sama seperti semua buku koleksiku lainnya. Dan aku mengucapkan Alhamdulillah untuk karunia ini. Ya, mungkin itu tidak akan cukup karena nikmat Tuhan tidak pernah tertandingi. Sekali lagi, Alhamdulillah, terimakasih ya Allah.

3 komentar:

  1. Haha..aku biasanya kalo ke toko buku pasti ingkar janji dari niat cuma lihat2 jd tergoda ngeborong

    BalasHapus
  2. Haha..aku biasanya kalo ke toko buku pasti ingkar janji dari niat cuma lihat2 jd tergoda ngeborong

    BalasHapus

Cari di sini