Kaas merupakan buku karangan Willem Elsschot. Sekitar pertengahan
2014 lalu, aku ingin punya dan membaca buku ini. Aku tertarik karena judul
serta desain sampulnya yang simple. Aku juga tertarik karena membaca review-nya
secara online (maaf, aku lupa siapa
blogger penulisnya). Dan satu hal yang tak boleh ketinggalan: di buku ini ada
kejunya. You know that I love cheese.
sumber |
Selain
memang sudah dinanti-nanti, kemunculan Kaas pun agak menarik. Ada unsur ahh,
mungkin kalian akan bilang lebay atau gimana, namun ada campur tangan Tuhan di
sini. Baiklah aku akan langsung kilas balik.
Saat itu,
di tanggal 10 Januari, sehabis maghrib, aku dan Ez mengunjungi Gramedia. Ez
berkeras untuk main ke lantai atas. Biasanya kami cuma hilir mudik di parkiran
yang penuh dengan obral buku itu. Lagipula, biasanya Ez yang menemaniku belanja
buku. Aku yang sering mengajaknya. Tapi kali ini dia yang mengajakku.
Ketika
telah parkir motor, kami berjalan naik ke pelataran parkiran lama Gramed. Ez ke
toilet dan memutuskan untuk sholat di mushola yang tersedia. Sembari menunggu
Ez selesai sholat, aku melihat-lihat ke arah tumpukan buku di areal parkir
tersebut. Di tumpukan pertama, kulihat banyak sekali novel-novel murah. Hanya
limaribuan saja, lho. Meski buku-buku ini sudah kena diskon berkali-kali,
beberapa judulnya menarik. Misalnya seperti Queen
of Babble-nya Meg Cabot. Hiks, sayang aku melewati kesempatan untuk
membelinya. Hmm, ya, aku memang berencana untuk diet. Aku lagi dalam masa
panceklik. Bagaimanapun liburan kemarin cukup menyita persediaan uang cash-ku. Mau narik lagi di ATM, terasa
sayang. #halah
Intinya
saat itu, tumpukan obral buku lima ribu itu masih lumayan rapi.
Pinggir-pinggirnya juga. Dan tak lama kemudian, Ez pun datang menghampiri. Kami
pun memanjat naik ke lantai dasar Gramedia. Lalu ke lantai duanya. Kami mulai
berkeliling.
Ez
beralasan ingin melihat buku Toefl. Okelah, kutemani dia dan kami sempat
diskusi sedikit mengenai buku-buku non-fiksi untuk belajar bahasa Inggris di
sini. Selesai di bagian itu, Ez gentian menemaniku berkeliling melihat
novel-novel terbaru yang terbit. Aku melihat beberapa judul yang sudah
familiar, seperti Ayah karya Andrea Hirata; Sepotong Hati yang Baru karya Tere
Liye; ada pula seri City of Bone, dll.
Sehabis
dari situ, kami terus berjalan ke bagian ujung, deretan tempat komik berada.
Rupanya di situ ada bagian baru, tempat novel-novel yang baru datang: New
Arrival. Tadaa…di situlah aku melihatnya. Bukan Kaas, tapi karya Tolkien yang
juga sudah kutunggu-tunggu sejak lama. Yap, The Silmarillion. Segera kuambil buku bersampul hitam legam itu. kebetulan
sudah ada yang terbuka segelnya satu. Buku ini dilengkapi sebuah peta dan ya,
Ez langsung tertarik dengan peta Middle
Earth—dunia rekaan Tolkien tersebut. Aku asik menjelajah isi buku. Gila!
Indeks atau lampirannya saja mencapai hampir 100 halaman. Tolkien memang
jenius. Aku berceloteh panjang lebar mengenai buku ini ke Ez. Entahlah kalau
ada yang masuk ke otaknya, hahaha. I just
love this book and I want it so much. Dan ya, Alhamdulillah Ez ternyata
membelikannya untuk hadiah ultahku. Ya, mungkin dia menyimak ceritaku saat itu.
Hahaha, yaiyyy.
Okelah,
puas memastikan buku itu telah sampai di Gramedia Jambi dan puas pula kami
berkeliling di lantai atas, kami kembali turun. Seperti yang kubilang
sebelumnya, aku sama sekali tidak berniat membeli. Aku turun ke areal parkir
tempat obralan dan berkeliling di situ untuk menghabiskan sedikit waktu. Ada
beberapa buku yang menarik. Namun aku harus rela menjadi konyol, menyembunyikan
buku tersebut dan berharap tidak ada yang membelinya sebelum aku. Astaga,
seolah petugas Gramedia atau pun pembeli lainnya tidak akan menemukan tempat
buku itu aku sembunyikan, haha.
Ya,
begitulah tingkahku. Buku-buku itu menarik sekali dan harganya murah banget
dibandingkan dengan kontennya yang cemerlang. Baiklah sudah tiba waktunya untuk
pulang. Dan di saat inilah, tangan-tangan Tuhan bekerja. Jodoh seolah pasti kan
bertemu. Di saat inilah aku bertemu dengan Kaas. Duh romantisnya, haha. Ok, ini
ngelantur, skip.
Aku melihat
ada dua orang (pasutri sepertinya) yang sibuk menggali tumpukan novel. Aku pun
tak terlalu memperhatikan dan bersiap berlalu ke tempat kami parkirkan motor.
Saat melintasi tumpukan buku yang murah, yang serba lima ribu itu, aku
melihatnya. Kuning dan simple, astaga aku tahu cover buku ini, ya, aku tahu
sekali. Kalian ingat di awal cerita aku bilang kalau awalnya tumpukan buku
murah itu lumayan rapi. Namun ketika kumau pulang, tumpukan itu, di sebelah
pinggirnya sudah lowong, seperti ada yang menggalinya. Dan tepat di situ Kaas
bertengger. Ekor mataku menangkap buku mungil itu. ya Allah, Engkau mengabulkan
satu doaku lagi, effortlessly.
Aku sama
sekali tidak mengira jika Kaas begitu mungil dan tipis. Buku yang kulihat itu
sudah terbuka segelnya. Aku lantas meminta tolong ke Ez untuk mencari satu yang
bersegel. Aku suka buku bersegel soalnya. Aku meminta sambil berceloteh ini itu
tentang Kaas. Entah Ez menyimak aatu tidak, tapi dia mulai fokus mencari yang
bersegel, haha. Dan hap! Dia menemukannya. Terimakasih, Cintaa. Horee… :D
Ya, ya,
akhirnya niatku berubah. Aku harus membeli buku ini, tak bisa lagi ditunda.
Syukurlah, ini buku lima ribu rupiah, haha. Dan karena merasa nanggung, aku pun
membeli satu buku lagi. Buku itu berjudul Death on Nile (Pembunuhan di Sungai
Nil) karya Agatha Christie. Jadi, kan, pas gitu kalau bayar. Pas jadi 10ribu.
Haha, entahlah. Pintar sekali otakku mengelabui aku. Dan kalau buku menggoda,
aku jadi lemah.
Ya, mungkin
kisah ini terkesan biasa saja. Mungkin aku juga yang tidak pandai
menceritakannya. Namun aku sangat merasakannya. Terkadang hidup ini penuh
canda, semacam lelucon. Ketika kita tidak berharap dan hanya menyimpannya lama
dalam hati, harapan itu tiba-tiba muncul. Aku masih bertanya, mengapa tidak
dari awal aku melihat buku itu. Aku sudah sering bolak balik di tempat yang
sama. Dan malam itu, aku sudah dua kali dan ketika mau pulang, barulah
terlihat. Ya, mungkin segala sesuatu memiliki waktunya sendiri. Entahlah, namun
jika Allah memberikan kejutan, rasa manisnya menyesap begitu dalam. Dan kau
akan merasa begitu special.
Allah
berinteraksi denganku, begitu dekat, dan memang Maha Tahu. Namun seperti hidup
yang terus berlanjut, cerita penemuan dan pembelian Kaas ini masih berlanjut.
Dan tantangan selanjutnya adalah bagaimana mensyukuri hal tersebut, mensyukuri
kejutan itu. aku sudah selesai membaca Kaas. Aku terpukau dengan kisahnya, dan
aku telah menuliskan reviewnya. Aku sudah menyebarkan tulisanku tersebut. Aku
menjaga serta menyampul Kaas, sama seperti semua buku koleksiku lainnya. Dan
aku mengucapkan Alhamdulillah untuk karunia ini. Ya, mungkin itu tidak akan
cukup karena nikmat Tuhan tidak pernah tertandingi. Sekali lagi, Alhamdulillah,
terimakasih ya Allah.
Haha..aku biasanya kalo ke toko buku pasti ingkar janji dari niat cuma lihat2 jd tergoda ngeborong
BalasHapusHaha..aku biasanya kalo ke toko buku pasti ingkar janji dari niat cuma lihat2 jd tergoda ngeborong
BalasHapusHaha..samaan..buku memang menggoda.. :D
Hapus