Selasa, 12 Januari 2016

(Road 1) Angin yang Bikin Ketar Ketir

Sebenarnya sudah dari beberapa bulan yang lalu aku ingin membuat postingan beraroma seperti ini. Bercerita tentang apa yang kualami di jalanan ketika mengendarai motorku. Entah mengapa ketika di jalanan ada banyak hal dan cerita yang bisa terjadi. Semuanya bisa terasa mengejutkan karena memang tidak tertebak.
  
Namun, ya, itu, haha, aku selalu dinaungi rasa malas dan menunda. Alih-alih mencoba langsung mengetikan saja cerita tersebut, otak kubuat sibuk memikirkan konsep, blog, dan label apa untuk kisah-kisah seperti ini. Analoginya sibuk membungkus kado untuk hadiah yang belum kubeli, haha. Bukan kebiasaan yang baik, so jangan ditiru. :D

Hmm, baiklah, aku sedikit bingung harus memulai dari cerita yang mana karena ada beberapa ide yang berseliweran. Oke akan kumulai dengan apa yang kualami waktu itu saat pergi mengajar private ke rumah muridku yang lucu-lucu, hehe. Oke, aku pergi mengajar ke sana setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Singkatnya tiga kali seminggu. Dan kebanyakan kisah yang mungkin akan kuceritakan adalah kisah ketika berkendara ke rumah mereka, ya. Haha, ketahuan aku bukan orang yang sibuk sana sini. :D

Oke, lanjut!

Jarak rumahku dan rumah mereka sekitar 30 menit. Biasanya kupergi dari rumah jam 3 kurang dan sampai di sana jam 3 lewat. Senang banget kalau jalanan sepi, atau tidak panas dan tidak juga hujan. Atau ketika tidak berpapasan dengan truk yang beberapa kali melintasi jalanan kota. Bahkan cukup senang saat tidak beriringan dengan angkot (angkotan kota) yang sering bikin ketar ketir dan membuatku sempat menyumpah-nyumpah, haha. Biasanya jalanan sepi di hari Senin dan Jumat. Lalu ramai ketika jam aku pulang (sekitar jam 5 sore). Namun namanya jalanan, susah susah gampang untuk diprediksi.

Suatu kali di hari Rabu, aku izin tidak mengajar karena hujan lebat sehingga tidak memungkinkan untuk pergi ke sana. Sudah dua atau tiga minggu ini, Kota Jambi diguyur hujan. Alhamdulillah, hujan ini mampu mengusir asap pembakaran lahan yang sempat menutupi langit Jambi dan beberapa daerah provinsi tetangga. Ya, aku berharap sekali agar pemerintah atau siapapun yang berwenang menindak permasalahan ini. Hujan memang menghapus asap yang sempat membuat langit kota ini, bahkan berwarna kuning. Namun masalah yang sama bisa jadi terulang kembali jika orang-orang yang bertanggung jawab terhadap hal ini tidak segera ditindak. Aku tidak ingin tahun depan atau 10 tahun atau hingga bertahun mendatang, Jambi dan provinsi lainnya mengalami krisis kesehatan karena asap pembakaran ini lagi.

Huft, malah jadi cerita asap, ya? Haha, habisnya, aku masih merasa greget. Oke, lanjut lagi ke cerita sebenarnya #halah.

Di waktu itu pun juga turun hujan yang cukup lebat dan diiringi oleh petir beberapa kali. Biasanya udara akan terasa panas dari pagi hingga siang hari. Lalu sekitar jam dua lewat (biasanya setengah tiga), angin dingin mulai berhembus dan awan hitam sampai ke atas kota ini dan menurunkan hujan yang lebat. Naik motor saat hujan gerimis atau hujan yang tidak lebat? Aku tidak masalah. Alhamdulillah aku cukup siaga dan berhati-hati dengan jalanan yang licin. Alhamdulillah juga ban motorku belum licin alias gundul. Jadi, insha Allah hujan bukan masalah. Lagi pula aku masih bisa berteduh di rumah atau warung pinggir jalan. Yang meresahkan adalah tidak datang tepat waktu, serta aku juga menghormati kekhawatiran orangtuaku jika aku naik motor saat hujan.

Nah, yang membuatku ketar ketir naik motor saat hari hujan adalah angin serta petir. Haha, ngeri , lah, ya, kalau kita di daerah terbuka lalu tiba-tiba “flash”, ada kilat yang lalu disusul dengan petir. Haha, aku pasti akan teriak dan berdoa semoga baik-baik saja. Asli, kekuatan alam tidak ada tandingannya. Sungguh Tuhan itu Maha Besar dan Maha Kuasa. Dan seperti yang kukatakan sebelumnya, hal yang juga membuatku ketar ketir adalah angin.

Hujan biasanya disertai dengan angin yang berhembus cukup kencang. Angin dingin yang dibawa oleh awan hitam, selain menusuk tulang, juga bisa membuat motorku sedikit oleng. Haha, aku mengendari motor matic yang cukup ringan. Dan kalau ada angin yang berhembus melewatiku, motornya sering sedikit terbawa angin. Haha, maksudnya cukup menggoyangkan motor, sedikit. Alhamdulillah, aku masih bisa mengatasinya dan tidak hilang keseimbangan.

Hari ini aku sudah siap berangkat mengajar sejak jam setengah tiga. Ketika ingin berangkat, hujan datang mengguyur. Hujan ini lama kelamaan menderas sehingga mau tidak mau aku menunggu. Alhamdulillah, aku bisa beranjak saat hujan sedikit reda di pukul 3 sore. Langit masih mendung, angin masih berhembus dingin serta gerimis masih turun. Meski begitu, aku yakin tidak akan kuyup di perjalanan nanti.

Jalanan semula lancar. Aku tahu harus hati-hati karena jalanan licin dan rem motorku sesekali mulai berdecit (mungkin karena minyak remnya terbasuh air hujan). Helm-ku agak sedikit kabur karena ada butir-butir air hujan yang menempel di situ. Aku pun lalu membukanya. Gerimis sesekali menampar wajah. Haduh, sakiit, hahaha. 

sumber

Baiklah, aku sudah sampai di simpang lampu merah Thehok. Simpang ini legendaris bagiku. Bukan karena sudah lama atau karena ada sejarah apa. Hanya saja ini salah satu simpang yang paling tertib di kota ini. Kebetulan, ah entahlah kebetulan atau tidak, ada pos polisi kecil di pinggir simpang empat ini. Dan polisi di situ selalu stand by. Dalam kata lain, jika terjadi gangguan lalu lintas, semisal mati lampu atau pemadaman listrik, polisi di sana langsung bergerak turun tangan mengatur lalu lintas simpang. Dan, ya, simpang ini ramai dan lampu hijaunya cuma sebentar. Hulalala..aku sering kena dua kali lampu merah di sini karena antrian yang panjang. (-___-)

Nah, dan seperti yang bisa kalian duga, di simpang ini aku terkena lampu merah lagi, haha. Kira-kira di depan aku ada tiga atau empat mobil. Aku pun berhenti dengan manis di dekat pembatas jalur dan menghidupkan lampu sen (bener nggak ya tulisannya?) sebelah kanan. Sebelum aku mendekat ke arah pembatas untuk menepi menunggu lampu merah, ada angin yang berhembus dan cukup membuat motorku terasa bergeser atau terdorong ke kanan. Aku cukup terkejut dan semakin waspada, (oke, mungkin bahasaku agak lebay, haha).

Akan tetapi, memang begitulah kira-kira yang kurasakan saat itu. Ketika telah berhasil menepi, dan menunggu lampu merah berubah warna, angin kembali datang dari arah timur menuju ke arah barat. Kali itu, aku mulai merasa cemas dan khawatir. Daerah ini adalah daerah terbuka. Tidak ada pohon besar yang menanungi ataupun gedung-gedung yang tinggi. Tujuanku pun adalah ke arah barat, searah dengan hembusan angin. Aku jadi berpikir, jika aku nanti melewati simpang, jangan-jangan akan ada angin yang kencang seperti ini kembali berhembus. Angin tersebut lalu mendorongku dan akhirnya motorku oleng alias terjatuh. Duh, pikiran yang buruk!

Aku pun menengadah melihat langit. Terlihat awan hitam yang bergerak beriringan. Kupandangi juga pohon di pembatas jalur, bergoyang kencang, ke kiri kanan. Sekali lagi, aku benar-benar merasa cemas. Namun aku tahu, aku harus tetap tenang. Apalagi aku di jalanan dan sedang berkendara. Jaga emosi agar tidak panik dan berusaha berpikir positif. Ada seorang Ibu penjual koran menegurku dan berbicara sesuatu. Aku hanya tersenyum kepadanya karena tidak begitu memperhatikan apa yang Ibu tersebut katakan. Dia berbicara saat aku sedang sibuk melihat awan dan angin. Ya, Tuhan, jangan-jangan mukaku saat itu pucat dan tampat ketakutan. Tidak biasanya penjual koran menegur pengendara motor dan dia pun bukan menegur untuk menawarkan koran. Hmm…

Aku tidak mungkin berhenti di situ dan menunggu angin reda. Ketika lampu lalu lintas berwarna hijau, aku harus bergerak kembali. Aku tidak suka menarik perhatian orang lain dengan cara ekstrim seperti membuat kemacetan lalu lintas. Aku terus berusaha menenangkan diri dan berdoa kepada Tuhan agar semua baik-baik saja. Dan aku sempat pula membuat scenario di otakku ini. Haha, aku berpikir, semoga ketika lampu hijau nanti dan aku kembali bergerak, angin berhenti sejenak atau berhembus dengan lebih tenang dan ringan sehingga tidak membuat motorku oleng.

Ya, Alhamdulillah, semua baik-baik saja. Dan aku bisa selamat sampai ke tujuan.  Allah menjagaku. Dan ketika melihat langit yang membawa angin kencang itu, aku merasa ditegur. Kekuaasaan Allah meliputi segala sesuatu dan betapa kecilnya makhluk bernama manusia ini. Aku belajar untuk pasrah namun bukan berarti menyerah tanpa berusaha. Dan aku akan selalu berusaha untuk ingat membaca doa sebelum berangkat atau berpergian. Mungkin pembaca sekalian beragama islam dan sudah tahu akan doa ini. Berikut kutipan doanya:
Yup, inilah postingan pertamaku untuk Road series. Aku berencana untuk membagi blog ini (kira-kira) dalam empat macam series/label. Ya, mudah-mudah bisa menjadi postingan yang bermanfaat. Dan, oke, haha, aku selalu bingung bagaimana mengakhiri sebuah postingan. But, ya, thanks for reading this story. Enjoy your time and be happy. :):)  

2 komentar:

  1. Banyak petir masih jalan aja.. Hati-hati tuh.. Tapi kayaknya seru di persimpanagan jalan itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe..mau gak mau. Yup. Thanks sudah mampir kemari. :D

      Hapus

Cari di sini